JURNALPOLRI.MY.ID, Sidrap – Instansi terkait di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidrap diminta segera meninjau ulang sistem perparkiran di RS Nene Mallomo (RS Nemal) Pangkajene. Pasalnya, sistem ini dinilai sangat merugikan masyarakat, terutama keluarga pasien yang harus keluar masuk rumah sakit secara berkala.
Anto, salah satu pengunjung RS Nemal, mengungkapkan keluhannya tentang kebijakan parkir yang dianggap tidak masuk akal. “Saya harus bayar parkir dua kali, padahal hanya keluar sebentar untuk jemput anak. Saya ini keluarga pasien yang sedang mendampingi istri operasi,” ungkap Anto dengan nada sedih, Rabu, 31 Juli 2024.
Keluhan Anto tidak berdiri sendiri. Banyak pengunjung lain yang merasakan hal serupa. “Ini sangat merugikan. Kami sudah cukup terbebani dengan biaya pengobatan, jangan ditambah lagi dengan parkir yang memberatkan,” lanjut Anto dengan nada kecewa.
Anto menjelaskan bahwa setiap kali dirinya keluar, walau hanya sebentar, dia tetap harus membayar parkir kembali. “Kalau kita keluar masuk 10 kali dalam sehari, kita harus bayar 30 ribu rupiah karena tarif parkirnya 3 ribu rupiah per sekali masuk. Ini sangat memberatkan kami sebagai pengunjung,” tegasnya.
Masalah ini memicu reaksi keras dari banyak keluarga pasien yang merasa kebijakan parkir ini sangat tidak adil. Mereka berharap pihak rumah sakit dan Pemkab Sidrap segera mencari solusi yang lebih bijaksana dan manusiawi. Sistem parkir yang ada saat ini dianggap tidak hanya memberatkan secara finansial, tetapi juga menambah stres bagi mereka yang sedang mendampingi anggota keluarga yang sakit.
Sejumlah keluarga pasien lain juga menyuarakan keluhan serupa. Banyak yang merasa kebijakan ini hanya memperparah kondisi mereka yang sudah kesulitan secara finansial. “Kami datang ke rumah sakit untuk mendampingi keluarga yang sakit, bukan untuk dibebani biaya parkir yang berlebihan,” ujar seorang pengunjung yang enggan disebut namanya.
Permintaan untuk meninjau ulang kebijakan parkir ini tidak hanya datang dari para pengunjung, tetapi juga dari beberapa tokoh masyarakat. Mereka menilai kebijakan ini sangat tidak berpihak pada masyarakat kecil yang sudah cukup terbebani dengan biaya pengobatan. “Pemkab Sidrap harus segera turun tangan. Jangan sampai kebijakan ini menjadi beban tambahan bagi keluarga pasien,” kata seorang tokoh masyarakat setempat.
Dalam upaya mencari solusi, beberapa pengunjung mengusulkan agar pihak rumah sakit memberikan tanda khusus bagi kendaraan milik keluarga pasien yang sedang dirawat. Dengan begitu, mereka tidak perlu membayar parkir setiap kali keluar masuk area rumah sakit. “Kami harap ada kebijakan yang lebih manusiawi. Misalnya, kendaraan keluarga pasien diberi stiker khusus agar tidak dikenakan biaya parkir setiap kali keluar masuk,” usul Anto.
Selain itu, ada juga usulan untuk memberlakukan sistem parkir satu kali bayar untuk durasi tertentu. Misalnya, satu kali bayar parkir berlaku untuk 24 jam. Dengan sistem ini, diharapkan dapat mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh keluarga pasien. “Kalau bisa, sistem parkirnya sekali bayar untuk sehari penuh. Ini akan sangat membantu kami,” tambah pengunjung lain.
Respons dari pihak rumah sakit maupun Pemkab Sidrap sangat dinantikan. Banyak yang berharap keluhan ini segera ditindaklanjuti dengan kebijakan yang lebih adil dan tidak memberatkan. “Kami berharap pihak terkait mendengarkan keluhan kami dan segera mencari solusi terbaik,” kata Anto menutup keluhannya.
Dengan harapan besar pada perubahan kebijakan, para pengunjung RS Nemal berharap bisa lebih fokus mendampingi anggota keluarga yang sakit tanpa terbebani oleh biaya parkir yang tidak masuk akal. Masalah ini tidak hanya soal uang, tetapi juga tentang keadilan dan kemanusiaan bagi mereka yang sedang berada dalam situasi sulit.
Kebijakan yang lebih berpihak pada masyarakat tentu akan membawa dampak positif, tidak hanya bagi keluarga pasien, tetapi juga bagi citra dan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di RS Nene Mallomo dan Pemkab Sidrap. (*)