Example floating
Example floating
banner 970x200
Berita

Hidup Berat di Bawah Atap Keluarga

176
×

Hidup Berat di Bawah Atap Keluarga

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

JURNALPOLRI.MY.ID, Sidrap – Di sudut kecil Desa Bulo Wattang, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang, kehidupan Darmiah dan putrinya, Anggun, berlangsung dalam kesunyian dan keterbatasan. Rumah tempat mereka tinggal bukan milik mereka sendiri; hanya tempat menumpang di rumah keluarga yang mengasihani nasib mereka. Sejak suaminya pergi meninggalkan mereka saat Anggun baru berusia 10 bulan, Darmiah hidup dalam bayang-bayang kesulitan.

“Saya ditinggalkan suami saat Anggun masih bayi. Tak ada pilihan lain selain menumpang di rumah keluarga yang bersedia membantu,” ujar Darmiah  dengan suara bergetar, mengingat kenangan pahit itu saat di temui jurnalis jurnalpolri.my.id. Setiap kata yang keluar dari bibirnya penuh dengan kegetiran, mencerminkan betapa berat beban yang harus ia pikul sendirian.

banner 300x600

Kini, Anggun sudah duduk di bangku kelas 2 di MAN 2 Sidrap. Meskipun demikian, kehidupan mereka jauh dari kata layak. Darmiah harus berjuang keras untuk memastikan Anggun bisa terus bersekolah. Semua kebutuhan hidup mereka dipenuhi dengan bantuan dari keluarga yang merelakan sebagian kecil rezekinya. Namun, dalam hatinya, Darmiah tahu bahwa ia tidak bisa selamanya bergantung pada belas kasihan orang lain.

Keterbatasan mereka semakin terasa ketika Darmiah mengungkapkan bahwa dirinya belum pernah tercatat sebagai penerima bantuan dari desa maupun dinas sosial. “Saya tidak pernah terdaftar sebagai penerima bantuan dari Desa Bulo Wattang. Hanya baru-baru ini saya menerima aspirasi berupa mesin jahit dari pemerintah desa,” kata Darmiah dengan senyum tipis yang berusaha menutupi kesedihan yang mendalam.

Mesin jahit itu seolah menjadi harapan baru bagi Darmiah. Dengan mesin itu, ia bermimpi bisa mandiri dan memberi Anggun kehidupan yang lebih baik. Namun, di balik senyumnya, tersimpan kekhawatiran. Bagaimana ia bisa memulai usaha jika tak ada modal, tak ada pelanggan, dan tak ada dukungan yang memadai?

Anggun, di usia mudanya, mungkin belum sepenuhnya memahami beratnya beban yang ditanggung ibunya. Namun, ia tahu bahwa hidup mereka tidak mudah. Setiap pagi, saat ia berjalan ke sekolah, ia menyadari bahwa apa yang dimiliki teman-temannya, seperti seragam yang rapi dan buku-buku baru, adalah kemewahan yang tak bisa ia nikmati. Tapi, Anggun tetap tegar. Ia tahu bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari jerat kemiskinan yang membelenggu keluarganya.

Darmiah hanya bisa berharap, di tengah segala keterbatasan ini, akan ada tangan-tangan baik yang bersedia membantu mereka. Bukan sekadar bantuan sesaat, tetapi bantuan yang benar-benar bisa mengubah nasib mereka. Ia berharap, suatu hari nanti, ia bisa berdiri di atas kakinya sendiri, memberikan kehidupan yang lebih baik untuk Anggun tanpa harus bergantung pada belas kasihan orang lain.

Di balik kesederhanaan rumah yang mereka tinggali, tersimpan cerita tentang perjuangan seorang ibu yang tak kenal lelah untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya. Dan di balik senyum Anggun, tersimpan impian besar untuk masa depan yang lebih cerah. Namun, tanpa bantuan yang memadai, impian itu mungkin akan tetap menjadi sekadar angan-angan.

Kehidupan Darmiah dan Anggun di Desa Bulo Wattang adalah potret nyata dari banyak keluarga yang masih terpinggirkan, terabaikan oleh sistem yang seharusnya melindungi mereka. Semoga, dengan kisah ini, ada lebih banyak pihak yang tergerak untuk membantu dan memberi harapan baru bagi mereka yang membutuhkan. Sebab, dalam setiap kesulitan, selalu ada secercah harapan yang menunggu untuk ditemukan. (iwan)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *