Example floating
Example floating
banner 970x200
Nasional

Afat: Siswa SIPSS Konghucu Pertama, Jalan Baru Sang Guru

119
×

Afat: Siswa SIPSS Konghucu Pertama, Jalan Baru Sang Guru

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

JURNALPOLRI.MY.ID, Semarang – Malam itu, di Kompleks Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, suasana begitu syahdu. Suara Salat Tarawih menggema dari musala Batalyon Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS), mengiringi langkah-langkah Afat (23) yang memilih sudut tenang untuk merenung dan berdoa.

Di antara seratus siswa yang tengah menjalani pendidikan di SIPSS selama bulan Ramadan, ia satu-satunya yang beragama Konghucu.

banner 300x600

Afat, pemuda asal Depok, Jawa Barat, bukanlah sosok biasa. Sebelum bergabung dengan SIPSS, ia adalah Guru Agama Konghucu di SMPN 1 Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau.

Lulusan S1 Pendidikan Agama Konghucu dari Sekolah Tinggi Agama Konghucu Indonesia (STIKIN) Purwokerto ini menorehkan prestasi membanggakan sebagai lulusan pertama dan tercepat dari kampusnya.

“Saya mendapat percepatan studi enam semester karena kebutuhan mendesak akan Guru Agama Konghucu,” ungkap Afat, mengenang masa kuliahnya yang dimulai pada 2021.

Tak hanya mengajar, ia juga aktif sebagai penyuluh agama non-PNS serta rutin menulis di kanal Pusat Bimbingan Pendidikan Konghucu Kementerian Agama RI.

Hingga akhirnya, sebuah kesempatan besar menghampirinya: Polri membuka seleksi SIPSS untuk lulusan pendidikannya.

Berbekal tekad kuat, Afat mengikuti serangkaian seleksi ketat mulai dari tingkat daerah hingga pusat.

“Seleksi awal dimulai November 2024 di Pusat Misi Internasional Tangerang,” katanya.

Perjuangannya terbayar tuntas. Afat berhasil lolos sebagai siswa SIPSS Gelombang I tahun 2025, menapaki jalan baru dalam pengabdiannya kepada bangsa.

Lahir dan besar dalam keluarga Konghucu, Afat tak asing dengan kehidupan beragama yang disiplin.

Sejak kecil, ia aktif di Majelis Agama Konghucu Indonesia (Makin) Depok dan terbiasa beribadah di Kong Miao Genta Kebajikan Makin.

Baginya, nilai-nilai Konghucu bukan hanya sekadar ajaran, tetapi juga pedoman hidup dalam setiap langkahnya.

Di lingkungan SIPSS yang mayoritas Muslim, Afat menemukan kenyamanan dalam menjalankan ibadahnya.

Meskipun Konghucu memiliki ritual sembahyang yang biasanya memerlukan dupa dan sesaji, ia lebih banyak berdoa secara sederhana, membawa Kitab Sishu sebagai pedoman refleksi diri.

“Pengasuh di sini memberikan saya kebebasan untuk beribadah sesuai keyakinan saya,” ujarnya dengan syukur.

Ia merasakan betul bahwa Polri menjunjung tinggi pluralitas, sebuah prinsip yang sejalan dengan ajaran Konghucu tentang harmoni dan pengabdian kepada sesama.

Afat tak sendiri dalam perjalanan ini. Ia terinspirasi oleh Michael Josua, seorang lulusan Akpol beragama Konghucu yang kini bertugas di kepolisian, serta Dokter David, dokter umum beragama Konghucu yang menjadi bagian dari Brimob Polda Papua.

Baginya, bergabung dengan Polri bukan sekadar pilihan karier, tetapi panggilan jiwa.

“Saya ingin lebih banyak melayani masyarakat, tidak hanya dalam lingkup komunitas Konghucu,” katanya mantap.

Di tengah gemerlap cahaya malam di Akpol Semarang, Afat melangkah dengan keyakinan teguh. Setiap tantangan yang dihadapi bukanlah penghalang, melainkan bagian dari perjalanan menuju pengabdian yang lebih besar.

Dalam setiap doa yang dipanjatkannya, tersimpan harapan untuk menjadi sosok polisi yang tak hanya menjaga keamanan, tetapi juga menjadi teladan dalam keberagaman.

Di SIPSS, Afat bukan sekadar siswa. Ia adalah simbol toleransi, semangat, dan keyakinan yang teguh dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara. (*)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *