JURNALPOLRI.MY.ID, Sidrap – Langit Desa Cenrana, Kecamatan Panca Lautang, Sidrap, tampak cerah pagi itu. Sinar matahari menyapu hamparan sawah yang mulai menghijau.
Tapi bukan hanya padi yang tumbuh di sana—semangat gotong royong juga ikut mekar di tengah lumpur dan terik mentari.
Personel Koramil 1420-01/Panca Lautang bersama puluhan warga kompak turun ke lapangan. Mereka bukan sedang menanam atau memanen, melainkan menyusuri saluran irigasi yang mengular di antara petak-petak sawah.
Cangkul, arit, dan karung-karung plastik jadi senjata dalam aksi pembersihan besar-besaran yang digelar Selasa (8/4/2025) pagi itu.
Dipimpin langsung oleh Batituud Koramil, Peltu Kisman, kegiatan ini menyasar tumpukan sampah, endapan lumpur, dan rerumputan liar yang menyumbat aliran air.
Tujuannya satu: memastikan pasokan air mengalir lancar ke sawah-sawah warga yang kini sedang dalam masa perawatan tanaman padi.
“Air adalah nyawa bagi petani. Kalau saluran irigasi mampet, yang rugi kita semua. Jadi kegiatan seperti ini penting untuk menjaga ritme pertanian tetap berjalan,” jelas Peltu Kisman sambil menyeka keringat dari dahinya.
Menurutnya, di Desa Cenrana terdapat puluhan hektare lahan pertanian yang bergantung penuh pada sistem irigasi. Sekali air tersendat, tanaman bisa stres dan gagal panen pun jadi mimpi buruk yang mengintai.
Namun kerja bakti ini bukan hanya tentang cangkul dan tanah. Ada pesan penting yang coba disampaikan Babinsa: soal kesadaran lingkungan.
Dalam setiap langkahnya, para anggota TNI aktif mengimbau warga agar tidak membuang sampah sembarangan, apalagi ke saluran irigasi.
“Kita harus ubah cara pikir. Jangan anggap saluran air itu tempat buang sampah. Kalau kotor, yang kena bukan cuma padi, tapi masa depan keluarga petani juga,” tegasnya.
Yang menarik, kegiatan ini berlangsung dengan penuh semangat dan kebersamaan. Tua-muda, laki-laki-perempuan, semua larut dalam nuansa gotong royong yang hangat.
Tidak ada sekat antara seragam loreng dan baju petani—semuanya menyatu dalam tujuan yang sama: menjaga kelestarian sawah sebagai sumber hidup bersama.
Suasana kerja bakti yang riuh namun akrab ini menjadi gambaran nyata betapa eratnya hubungan antara Babinsa dan masyarakat.
Warga merasa dilibatkan, didukung, dan didampingi. Sementara TNI hadir bukan hanya sebagai penjaga kedaulatan negara, tetapi juga sebagai sahabat petani yang turun langsung ke lumpur.
“Kalau bisa kegiatan seperti ini dibuat rutin. Selain bikin irigasi bersih, kita juga jadi lebih akrab dan saling peduli,” kata Pak Rahman, salah satu petani yang ikut menyingsingkan lengan bajunya sejak pagi.
Kini, saluran air di Cenrana kembali mengalir lancar. Tapi yang lebih penting, semangat kolaborasi dan kepedulian itu juga terus mengalir—menjadi fondasi kuat bagi pertanian yang berkelanjutan di bumi Sidrap.
Sebab menjaga sawah bukan hanya tugas petani, melainkan tanggung jawab semua pihak yang mencintai negeri ini. (*)