JURNALPOLRI.MY.ID, Lebanon – Misi perdamaian dunia kembali mencatatkan momen penting. Dalam suasana yang penuh semangat kolaboratif, Force Commander Civil-Military Cooperation Unit (FCCU) menggelar pertemuan strategis bersama pilar-pilar Civil-Military Cooperation (CIMIC) dalam Combined Coordination Meeting (CCM) J9 dan Integrated Operations and Outreach Coordination (IOOC), Senin (14/4/2025) di Markas Besar UNIFIL, Naqoura, Lebanon.
Yang menjadi sorotan, pertemuan ini sekaligus menandai peralihan tongkat komando dari Letkol Cba Ismatulloh, S.I.P., M.M., kepada penggantinya Letkol Inf Alexander Terangta Peranginangin.
Serah terima simbolis ini menandai keberlanjutan kepemimpinan Indonesia dalam unit strategis CIMIC yang berada langsung di bawah komando Force Commander UNIFIL.
“Momentum ini bukan hanya tentang perubahan kepemimpinan, tapi juga komitmen kuat Indonesia menjaga stabilitas pasca-konflik di Lebanon,” ujar salah satu peserta dari Civil Affairs UNIFIL.
Letkol Cba Ismatulloh, yang selama ini dikenal aktif membangun jembatan komunikasi antara militer dan masyarakat sipil, berpamitan dengan penuh hormat.
Ia hadir bersama Letkol Mauro Alteri dari Angkatan Darat Italia, yang menjabat sebagai Wakil Komandan FCCU.
Keduanya kompak menyampaikan pentingnya kesinambungan strategi dan penguatan hubungan dengan mitra internasional.
Letkol Alexander, komandan baru asal Indonesia, menyampaikan pidato singkat namun mengena.
Ia menekankan pentingnya menjaga komunikasi efektif serta kerja sama lintas sektor, baik dengan militer negara lain, lembaga sipil UNIFIL, maupun NGO yang aktif mendukung proses pemulihan pasca-perang di Lebanon Selatan.
“Saya percaya bahwa sinergi bukan hanya slogan, tapi keharusan. Dengan kerja sama yang kuat, kita bisa menyelesaikan tantangan di lapangan dan menjaga perdamaian secara berkelanjutan,” kata Letkol Alexander.
Pertemuan CCM J9 dan IOOC ini tidak hanya menjadi ajang rotasi personel, tapi juga forum penting untuk berbagi pengalaman, merumuskan langkah-langkah strategis, dan menyamakan frekuensi antar unit CIMIC dari berbagai negara.
Berbagai praktik terbaik (best practices) dibagikan oleh peserta dari negara anggota UNIFIL, termasuk diskusi terbuka mengenai tantangan implementasi program pasca-konflik seperti rehabilitasi infrastruktur sipil, edukasi masyarakat, serta penanganan isu sosial yang kompleks di wilayah Area of Responsibility (AoR) UNIFIL.
Acara ini juga menunjukkan wajah baru FCCU yang semakin inklusif dan kolaboratif. Keterlibatan NGO, perwakilan civil affairs, hingga sejumlah perwira penghubung dari berbagai negara memperkaya dinamika diskusi.
Dengan estafet kepemimpinan yang kini dilanjutkan Letkol Alexander, FCCU di bawah komando Indonesia diharapkan mampu melanjutkan performa positif sekaligus memperkuat posisinya sebagai unit penghubung utama antara kekuatan militer dan sipil dalam operasi perdamaian.
“Semangat baru ini harus terus dijaga. Komando boleh berganti, tapi dedikasi untuk rakyat Lebanon dan misi perdamaian harus tetap menyala,” tutup seorang pejabat UNIFIL dengan nada optimistis.
Indonesia, lewat FCCU, kembali menunjukkan bahwa kiprahnya di misi penjaga perdamaian dunia bukan sekadar kehadiran simbolis. Tapi nyata, strategis, dan membawa dampak langsung bagi stabilitas kawasan. (Pen PMPP TNI)