JURNALPOLRI.MY.ID, Sidrap – Desa Teppo, Kecamatan Tellu Limpoe, berubah menjadi pusat kepedulian lingkungan pada Sabtu (22/2/2025).
Deru langkah para relawan, riuh suara cangkul dan sekop yang menyentuh tanah, serta semangat gotong royong terasa begitu nyata di sepanjang aliran sungai desa ini.
Aksi bersih sungai dan mitigasi sampah yang digagas Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh setiap 21 Februari, kegiatan ini mengusung tema “Kolaborasi untuk Indonesia Bersih Menuju Kampung Bebas Sampah.”
Tidak hanya sekadar membersihkan sungai, aksi ini juga menjadi momentum refleksi penting bagi masyarakat Sidrap tentang peran mereka dalam menjaga ekosistem.
Sejak pagi, ratusan peserta dari berbagai elemen masyarakat berkumpul. TNI dari Koramil-02/Tellu Limpoe, Polsek Tellu Limpoe, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial, PSDA, Camat Tellu Limpoe, Kepala Desa, serta komunitas pecinta lingkungan bersatu dalam misi yang sama: menyelamatkan sungai dari tumpukan sampah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sidrap, Muhammad Yusuf, menegaskan pentingnya keberlanjutan dalam aksi seperti ini.
“Harapan kita, kegiatan ini tidak hanya berhenti sampai di sini, tetapi bisa menjadi rutinitas bersama. Sungai yang bersih adalah kunci lingkungan yang sehat, dan itu dimulai dari kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan,” ujarnya dengan penuh harap.
Sementara itu, Dandim 1420/Sidrap, Letkol Inf Awaloeddin, S.I.P., tidak hanya hadir sebagai simbol dukungan, tetapi juga berperan aktif dalam aksi ini. Ia bahkan menginisiasi pembuatan pagar bambu di sekitar sungai dan jembatan sebagai tanda larangan membuang sampah.
“Kita manfaatkan bambu yang tumbuh di sekitar sungai untuk dijadikan pagar. Ini sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat agar sadar bahwa sungai bukan tempat sampah,” tegasnya.
Tidak hanya itu, Ardi Anugra Said, seorang penggiat lingkungan yang turut serta dalam aksi ini, menyoroti betapa pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga alam.
“Bersih-bersih ini bukan hanya soal mengurangi sampah plastik atau limbah lain, tapi juga membentuk mindset masyarakat agar lebih menghargai lingkungan,” katanya penuh semangat.
Aksi ini bukan sekadar kerja bakti biasa. Ini adalah perwujudan kepedulian dan refleksi atas tragedi masa lalu yang harus menjadi pelajaran.
HPSN sendiri lahir dari tragedi longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah pada 2005 yang menelan banyak korban jiwa.
Dua dekade berlalu, peristiwa ini terus menjadi pengingat bahwa sistem pengelolaan sampah di Indonesia harus terus diperbaiki.
Di tengah canda tawa dan lelah yang menyenangkan, para peserta aksi ini menutup kegiatan dengan harapan besar: semoga sungai di Desa Teppo tetap bersih, bebas sampah, dan bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain di Sidrap.
Mereka percaya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil, dan kali ini, langkah itu telah mereka tapaki dengan penuh kebanggaan. (*)