Sidrap, JURNALPOLRI.MY.ID – Babinsa Sertu Alimuddin, hadir di tengah denyut nadi ekonomi rakyat saat menyusuri lorong-lorong Pasar Sentral Rappang, Jumat pagi, 20 Juni 2025.
Berbekal seragam dinas dan buku catatan kecil, ia tak sekadar lewat, melainkan menyapa, mencatat, dan mengamati langsung harga bahan pokok yang fluktuatif—dari beras hingga sayuran segar.
Semua dilakukan demi menjawab satu pertanyaan: bagaimana kondisi pasar hari ini?
Di tengah keramaian dan riuh tawar-menawar, Babinsa Sertu Alimuddin mendekat tanpa protokol. Ia menyambangi satu per satu lapak pedagang, membuka ruang dialog santai seputar ketersediaan barang dan dinamika harga.
Bukan menegur atau mengatur, tapi mendengar dan menyerap aspirasi—karena tugas seorang Babinsa hari ini bukan hanya menjaga keamanan, tapi juga memastikan kehidupan ekonomi warga tetap stabil.
“Sekarang beras masih stabil, Pak. Tapi kami khawatir kalau pasokan dari luar daerah telat, bisa melonjak,” ujar seorang pedagang sambil menata karung beras.
Sertu Alimuddin mencatat setiap keluhan dan informasi yang disampaikan. Ia tidak hanya mencermati angka, tapi juga menangkap sinyal dari masyarakat kecil yang menggantungkan hidupnya di pasar rakyat.
Pemantauan ini merupakan bagian dari tugas Babinsa dalam mendukung upaya pemerintah menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan di wilayah.
“Kami hadir bukan hanya untuk memantau, tapi juga membangun komunikasi dua arah. Data di lapangan menjadi masukan penting bagi pimpinan, sekaligus menjembatani aspirasi warga,” tutur Sertu Alimuddin.
Hasil pantauan Babinsa Sertu Alimuddin, menunjukkan sebagian besar harga kebutuhan pokok masih dalam kategori stabil.
Pasokan beras, minyak goreng, hingga telur ayam dinilai mencukupi. Namun ia tetap mengingatkan agar semua pihak—baik pedagang, pembeli, maupun pemerintah setempat—tidak lengah terhadap potensi lonjakan harga akibat cuaca ekstrem atau hambatan distribusi yang bisa datang sewaktu-waktu.
Peran Babinsa Sertu Alimuddin tidak lagi hanya sekadar memantau keamanan. Ia hadir langsung di denyut pasar sebagai pendengar, penghubung, dan penggerak solusi.
Melalui komunikasi dua arah dengan pedagang dan warga, ia membangun jembatan antara kebijakan dan realita lapangan—antara angka statistik dan keluh kesah di balik meja dagangan.
Inilah wajah baru Babinsa Sertu Alimuddin: bukan hanya penjaga teritorial, tapi juga penyangga stabilitas ekonomi mikro.
Di tengah dinamika harga dan tantangan distribusi, ia berdiri sebagai garda depan TNI yang membumi—hadir, mengayomi, dan memastikan denyut pasar tetap berdetak demi rakyat kecil.
Para pedagang pun mengapresiasi kepedulian TNI. “Kalau begini terus, kami merasa tenang, Pak. Ada yang peduli dan memantau langsung,” ucap seorang ibu pedagang telur.
Dengan wajah ramah dan semangat pengabdian khas prajurit teritorial, Babinsa Sertu Alimuddin, menutup tugas paginya setelah memastikan aktivitas pasar berjalan kondusif.
Semua catatan lapangan, dari fluktuasi harga hingga aspirasi pedagang, langsung dirangkum untuk dilaporkan ke Komando Atas.
Tujuannya jelas: agar setiap gerak di lapisan bawah bisa cepat ditindaklanjuti dalam koordinasi lintas sektor.
Pasar mungkin tak bergemerlap seperti pusat kota, tapi justru di sanalah denyut ekonomi rakyat berdetak paling nyata.
Dan Babinsa Sertu Alimuddin hadir di tengahnya—bukan hanya sebagai pengamat, tapi penjaga irama kehidupan.
Karena bagi TNI, menjaga pasar bukan cuma soal pengamanan, melainkan memastikan rakyat kecil tetap kuat berdiri di tengah pusaran tantangan. (*)