Sidrap, JURNALPOLRI.MY.ID – Babinsa Koramil jajaran Kodim 1420/Sidrap tak henti menjemput hati warga—kali ini lewat Safari Sholat Subuh yang digelar serentak di masjid-masjid wilayah binaan, Jumat (30/5/2025).
Kegiatan rutin ini bukan sekadar ibadah semata, tapi juga menjadi strategi teritorial penuh makna dalam mempererat silaturahmi dan menyentuh langsung sisi spiritual masyarakat.
Siapa sangka, langkah kecil ke masjid justru menjadi jalan besar mendekatkan TNI dengan rakyatnya. Di setiap wilayah Koramil, para Babinsa hadir menyatu dalam barisan shaf, melaksanakan sholat subuh berjamaah bersama warga.
Momentum hening di sepertiga malam itu menjelma ruang komunikasi yang penuh kehangatan. Ini bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan bentuk konkret kehadiran negara di tengah denyut kehidupan masyarakat tingkat level bawah.
Di sinilah TNI menyerap denyut, mendengar denyut, dan menjawab denyut.
Tujuannya? Jelas: membangun komunikasi sosial yang kuat, mengurai aspirasi masyarakat dari sumbernya langsung, dan memperkokoh pondasi keimanan warga binaan.
Babinsa Koramil jajaran Kodim 1420/Sidrap bergerak bukan hanya dengan sepatu lars, tapi juga dengan hati terbuka di atas sajadah. Inilah wajah humanis TNI yang jarang disorot—bergerak senyap namun berdampak dalam.
“Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kehadiran TNI di tengah masyarakat. Selain meningkatkan ibadah, kami juga memperkuat kemanunggalan TNI dan rakyat,” ujar salah satu Babinsa usai pelaksanaan kegiatan.
Masyarakat menyambut baik kegiatan ini dan berharap agar kegiatan Safari Sholat Subuh dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai upaya mempererat hubungan harmonis antara aparat kewilayahan dan warga.
Inilah wajah nyata Babinsa Koramil jajaran Kodim 1420/Sidrap—bukan sekadar penjaga batas, tapi juga penabur nilai-nilai damai dan religius di jantung masyarakat.
Melalui langkah sederhana seperti Safari Sholat Subuh, mereka menciptakan ekosistem sosial yang tak hanya aman dan tenteram, tapi juga sarat dengan semangat spiritual dan daya saing.
Ketika Babinsa menyatu dengan warga dalam ibadah, saat itulah benih kepercayaan dan kekuatan sosial benar-benar ditanamkan—tepat dari sumbernya. (*)
