JURNALPOLRI.MY.ID, Kotamobagu – Kisah sedih menyelimuti proses seleksi calon siswa (Casis) Tamtama Polri di Polda Sulawesi Utara (Sulut) saat salah satu peserta, Fahri Potabuga, menerima kabar duka di tengah-tengah ujian fisik. Fahri, yang berasal dari Polres Kotamobagu, harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya meninggal dunia saat dia menjalani serangkaian tes jasmani.
Video yang diunggah di akun TikTok RoSdmPoldaSulut memperlihatkan momen emosional tersebut. Setelah menyelesaikan tes renang, Fahri dipanggil oleh salah satu panitia seleksi untuk berbicara. Awalnya, panitia menanyakan motivasi Fahri mengikuti seleksi Tamtama serta latar belakang keluarganya. Dengan tenang, Fahri menjawab bahwa ia berasal dari keluarga biasa.
Panitia kemudian mengajak Fahri berbicara lebih lanjut. “Ini da bawa pa ngana di sini untuk mo kase tahu…ngana pe papa so meninggal,” ujar panitia dengan nada hati-hati.
Fahri yang terkejut dan belum sepenuhnya memahami maksud panitia tersebut menjawab, “Siap, belum komandan.”
Namun, setelah panitia seleksi menegaskan kembali bahwa ayah Fahri telah meninggal dunia, Fahri pun tidak bisa menahan tangisnya. Panitia seleksi kemudian menjelaskan bahwa urutan tes Fahri didahulukan agar dia bisa segera pulang ke rumahnya di Desa Lobong, Kotamobagu.
“Sudah, barusan dapat informasi. Jadi makanya torang dari panitia bekeng ngana duluan samua. Nanti ke antropometri ngana duluan,” jelas panitia tersebut.
Dengan mata berkaca-kaca dan air mata yang tak terbendung, Fahri menyelesaikan pemeriksaan antropometri. Meskipun dihantui rasa duka yang mendalam, Fahri tetap berusaha untuk kuat. “Ngana kuat neh,” ujar panitia, memberi semangat.
“Siap, komandan,” jawab Fahri dengan suara parau.
Selesai menjalani seluruh rangkaian tes, Fahri diantar pulang oleh tim dari Biro SDM Polda Sulut. Sesampainya di rumah, suasana haru kembali menyelimuti saat Fahri disambut oleh saudara-saudaranya yang berusaha menenangkannya. Tangis Fahri kembali pecah di pelukan sang nenek, yang mencoba memberikan kekuatan di tengah cobaan yang berat ini.
Peristiwa ini tidak hanya menggambarkan betapa beratnya perjuangan seorang calon siswa Tamtama, tetapi juga menggambarkan sisi humanis dan kepedulian para panitia seleksi terhadap para peserta. Mereka berusaha memfasilitasi Fahri agar bisa segera pulang dan berkumpul dengan keluarganya di saat-saat sulit.
Kisah Fahri Potabuga menyentuh hati banyak orang. Di media sosial, video yang menunjukkan momen saat Fahri menerima kabar duka ini mendapat banyak simpati dan dukungan dari netizen. Mereka menyampaikan belasungkawa dan memberikan semangat agar Fahri bisa tetap kuat dan melanjutkan perjuangannya.
Banyak yang terinspirasi oleh ketegaran Fahri yang tetap berusaha menjalani tes meskipun sedang dirundung kesedihan mendalam. Dukungan moral pun mengalir dari berbagai pihak, berharap Fahri dapat terus bersemangat dalam mencapai cita-citanya menjadi seorang Tamtama Polri. (*)