Example floating
Example floating
banner 970x200
Nasional

Minggu Kasih Polda Sulsel di Akasia: Warga Curhat, Polisi Dengar Tanpa Sekat

128
×

Minggu Kasih Polda Sulsel di Akasia: Warga Curhat, Polisi Dengar Tanpa Sekat

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

JURNALPOLRI.MY.ID, Makassar – Suasana Kamis sore (17/4/2025) di Perumahan Akasia, Makassar, berbeda dari biasanya. Bukan karena ada razia, bukan pula karena ada keributan.

Tapi karena ada ruang terbuka yang disediakan Polda Sulsel untuk satu hal penting: mendengarkan suara warga, langsung dari akar rumput.

banner 300x600

Tim Minggu Kasih Polda Sulsel kembali turun ke lapangan, dan kali ini sasarannya adalah warga kompleks Perumahan Akasia.

Di tengah suasana santai, puluhan warga berkumpul. Ada yang duduk di kursi plastik, ada yang berdiri sembari menenteng anak. Semua menanti giliran berbicara—karena hari itu, mereka bukan pendengar, tapi narasumber utama.

Dipimpin langsung oleh Kasubdit Polmas Ditbinmas Polda Sulsel, AKBP Daniel Siampa, S.H., M.H., dan didampingi Paursibinlat Subdit Satpam AKP Selvy, kegiatan ini menjadi ajang interaksi dua arah antara polisi dan warga. Bukan sekadar formalitas.

“Ini kali pertama kami hadir di sini. Jadi izinkan kami memperkenalkan program Minggu Kasih, inovasi dari Kapolri, di mana masyarakat bebas menyampaikan saran, kritik, maupun keluhan secara langsung kepada kami,” ujar AKBP Daniel membuka pertemuan.

Tak butuh waktu lama, warga pun mulai angkat suara.

Pak Marcel, salah satu tokoh setempat, menyampaikan harapan agar patroli polisi—baik dengan roda dua maupun empat—lebih sering masuk ke kawasan perumahan.

“Kadang kalau malam, sepi sekali. Kalau ada patroli rutin, minimal bisa bikin rasa aman untuk kami yang tinggal di dalam,” ujarnya disambut anggukan warga lain.

Giliran berikutnya, Pak Cristian membawa keluhan yang lebih spesifik. Ia mengusulkan agar ada personel polisi yang berjaga di pintu masuk perumahan, karena arus kendaraan—terutama truk-truk besar yang menuju kawasan pergudangan—sering membuat area pemukiman terasa tidak aman dan rawan macet.

“Truk-truk kadang lewat jam-jam sibuk, bikin susah keluar masuk. Kalau ada yang standby jaga, pasti lebih tertib,” katanya.

Respons dari tim kepolisian? Serius dan terbuka. Tak ada bantahan, tak ada pembelaan berlebihan. Semuanya dicatat, dibahas, dan dijanjikan akan ditindaklanjuti.

Bagi AKBP Daniel, kegiatan ini bukan ajang menjanjikan solusi instan, tapi membuka pintu komunikasi yang lebih manusiawi.

“Kami tidak bisa kerja sendiri. Polri butuh masyarakat untuk jaga kamtibmas bersama. Jadi kami harap warga juga proaktif, ikut mengawasi lingkungan,” tegasnya.

Sebelum kegiatan ditutup, AKP Selvy juga sempat mengingatkan warga untuk waspada terhadap potensi gangguan keamanan.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi warga dan aparat dalam menjaga lingkungan tetap aman dan nyaman.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama. Senyum warga dan petugas sama lebarnya. Tak ada jarak. Hari itu, polisi bukan sekadar petugas keamanan, tapi mitra yang bisa diajak bicara, bahkan dikritik, tanpa takut ditandai.

Satu per satu warga meninggalkan lokasi. Tak ada amplop, tak ada bingkisan. Tapi ada yang lebih mahal: rasa didengar dan dilibatkan. (*)

 

Fachry_Binmas

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *