Takalar, JURNALPOLRI.MY.ID – Ladang jagung di Desa Pa’rappunganta, Kecamatan Polut, Kabupaten Takalar, mendadak ramai, Rabu (23/4/2025) pagi. Bukan hanya petani yang datang, tapi juga aparat.
Di barisan depan terlihat Bhabinkamtibmas Polsek Polut, Bripka Abdul Haris Lembang, berdampingan dengan Kepala Desa Pa’rappunganta, Arif Sirajuddin, memantau langsung panen jagung yang digarap oleh Kelompok Tani Batunipa.
Sekitar pukul 11.00 WITA, mereka turun ke lahan, menyusuri barisan jagung yang menjulang.
Panen kali ini bukan sembarang panen. Ini adalah bagian dari Program Ketahanan Pangan Nasional yang dicanangkan pemerintah pusat, dengan konsep “2,1 hektare jagung per desa.”
Tujuannya jelas: memacu kemandirian pangan dari tingkat desa.
“Panen ini bukan hanya soal hasil, tapi soal komitmen. Kita ingin masyarakat benar-benar mandiri secara pangan. Jangan sampai ada lahan yang tidur sementara kebutuhan makin tinggi,” kata Arif Sirajuddin di sela kegiatan.
Bripka Haris Lembang pun tak sekadar datang untuk ‘nampang’. Ia aktif berdialog dengan petani, menanyakan proses tanam, kendala selama musim tanam, hingga rencana pemanfaatan hasil panen.
Baginya, tugas Bhabinkamtibmas tak sebatas menjaga keamanan, tapi juga menjadi motor penggerak program strategis yang langsung menyentuh kehidupan warga desa.
“Kalau aparat hanya jaga jarak dan tidak menyatu dengan masyarakat, ya program seperti ini susah jalan. Saya hadir untuk dukung, bukan cuma amankan,” tegas Haris.
Sinergi antara polisi dan pemerintah desa terlihat nyata. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi bisa menghasilkan dampak besar, bukan hanya secara ekonomi, tapi juga secara sosial.
Kelompok Tani Batunipa sendiri mengaku lebih percaya diri menanam setelah mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan aparat.
“Kami merasa diperhatikan. Kalau ada yang bantu pantau langsung seperti ini, semangat bertani jadi berlipat,” ujar salah seorang petani.
Panen ini juga dimanfaatkan sebagai momentum evaluasi. Pemerintah desa akan menilai keberhasilan program dari segi kuantitas dan kualitas hasil, sekaligus membuka peluang perbaikan untuk musim tanam berikutnya.
Tak menutup kemungkinan, lahan jagung akan diperluas jika hasilnya dianggap memuaskan.
Dengan panen ini, tak hanya jagung yang dipetik. Harapan dan semangat warga pun ikut tumbuh.
Desa Pa’rappunganta memberi contoh bahwa ketika aparat dan pemerintah desa kompak, maka petani tidak jalan sendiri. (*)