Sidrap. JURNALPOLRI.MY.ID – Langit tampak mendung, seolah ikut berduka. Rabu siang itu (23/04/2025), halaman rumah duka diwarnai isak tangis. Di tengah suasana penuh haru, dua perwira Polres Sidrap berjalan perlahan sambil mengusung keranda jenazah.
Mereka adalah Kapolres Sidrap AKBP Dr. Fantry Taherong, S.H., S.I.K., M.H. dan Wakapolres Kompol Sulkarnain. Keduanya memikul langsung kepergian rekan setia mereka, Aiptu Yohanes Lolok, menuju tempat peristirahatan terakhir.
Langkah demi langkah diiringi isak keluarga dan rekan sejawat. Tak sedikit mata yang basah menyaksikan prosesi tersebut. Hari itu, tak ada sekat antara pangkat dan jabatan—semua berdiri sama, menyatu dalam duka mendalam.
“Beliau bukan hanya anggota, tapi saudara bagi kami semua. Sosok teladan yang rendah hati, disiplin, dan sangat bertanggung jawab,” ujar AKBP Fantry dengan suara bergetar usai upacara kedinasan dilakukan secara khidmat.
Pemakaman dilaksanakan dengan penuh kehormatan. Doa mengalun, mengiringi kepergian seorang Bhayangkara yang telah mengabdikan hidupnya untuk keamanan masyarakat.
Seluruh rangkaian prosesi berjalan dalam suasana yang begitu emosional namun tertib.
Selama berdinas, Aiptu Yohanes dikenal sebagai personel yang konsisten menjaga etika, ramah terhadap siapa saja, dan menjadi panutan di lingkungannya.
Banyak kenangan yang tertinggal, dari tawa ringan di ruang kerja hingga dedikasi penuh saat bertugas di lapangan.
“Dia tak pernah mengeluh. Selalu hadir dengan semangat meski situasi sulit,” kenang salah satu rekan kerjanya yang enggan disebutkan namanya.
Kehadiran para pimpinan Polres Sidrap dalam barisan pengusung jenazah menjadi simbol kuat solidaritas dan kekeluargaan yang terbangun di tubuh kepolisian.
Tak sekadar formalitas, tapi ekspresi cinta dan penghormatan terakhir kepada sosok yang telah menutup tugasnya dengan tenang.
Prosesi ini mengukuhkan nilai kebersamaan yang begitu kental di lingkungan Polres Sidrap.
Di balik seragam dan hiruk pikuk tugas harian, ada ikatan emosional yang dalam, yang menjadikan kepergian Aiptu Yohanes tak sekadar kehilangan personel, tapi juga saudara.
Dengan doa dan air mata, Aiptu Yohanes kini telah berpulang. Namun, semangat dan keteladanannya akan terus hidup dalam hati rekan-rekannya—sebagai contoh nyata pengabdian yang tak pernah usai, bahkan setelah ajal menjemput. (*)