JURNALPOLRI.MY.ID, Sidrap – Kamis pagi itu, 13 Maret 2025, matahari baru saja naik di atas Kelurahan Pajalele, Kecamatan Tellu Limpoe, Sidrap. Namun, suasana sudah ramai.
Anak-anak sekolah berjejer di tepi jalan, sebagian membawa sabit kecil, sementara beberapa warga menggenggam cangkul. Di tengah mereka, berdiri sosok yang sudah tak asing lagi: Serma Japar, Babinsa Kelurahan Pajalele Koramil 1420-02/Tellu Limpoe.
Tak ada perintah kaku, tak ada paksaan. Dengan senyum dan semangat, Babinsa hanya mengajak, dan masyarakat langsung bergerak. Mereka mulai mencabut rumput liar di sisi jalan dan mengeruk lumpur dari saluran air yang mulai tersumbat.
“Kalau bukan kita yang peduli dengan lingkungan sendiri, siapa lagi?” ujar Babinsa dengan nada penuh keyakinan.
Gerakan kecil ini memiliki dampak besar. Pembersihan saluran air mencegah banjir saat hujan deras, sementara pemangkasan rumput liar menjauhkan risiko penyakit, terutama demam berdarah yang sering muncul akibat genangan air.
Bagi Babinsa, kegiatan ini bukan hanya soal kebersihan. Lebih dari itu, ini adalah bentuk nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat.
“Kami di TNI selalu siap membantu, bukan hanya dalam pertahanan negara, tapi juga dalam kehidupan sosial. Membangun kesadaran lingkungan adalah bagian dari tugas kami,” tegasnya.
Dan dampaknya jelas terasa. Warga, yang awalnya hanya menonton, akhirnya ikut turun tangan. Ada yang membawa karung untuk mengumpulkan sampah, ada yang sigap mengangkat lumpur dari selokan.
Salah satu warga, Anwar (51), mengaku bangga dengan kepedulian Babinsa di daerahnya.
“Pak Babinsa ini bukan hanya sekadar hadir, tapi betul-betul bekerja. Beliau selalu ada di tengah masyarakat, ikut turun langsung, dan memberikan contoh. Kami jadi termotivasi untuk lebih peduli dengan lingkungan,” tuturnya.
Apa yang dilakukan Serma Japar tidak hanya mendapat respons positif dari warga, tapi juga dari tokoh masyarakat setempat.
Lurah Pajalele menilai kegiatan ini sebagai langkah besar dalam membangun kesadaran bersama.
“Gerakan seperti ini adalah contoh nyata bahwa Babinsa bukan hanya sekadar pengayom, tapi juga penggerak masyarakat. Kami sangat mengapresiasi inisiatif ini dan berharap bisa menjadi agenda rutin,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ustaz Rahman, tokoh agama setempat. Baginya, kepedulian terhadap kebersihan bukan hanya soal kesehatan, tapi juga bagian dari nilai agama.
“Kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan apa yang dilakukan Babinsa ini adalah teladan bagi kita semua. Jika lingkungan bersih, hidup jadi lebih nyaman, anak-anak kita pun tumbuh lebih sehat,” katanya.
Kegiatan pagi itu berakhir dengan tawa dan kepuasan. Saluran air yang tadinya tersumbat kini lancar kembali, jalanan lebih bersih, dan yang paling penting, kesadaran masyarakat mulai tumbuh.
Namun, bagi Serma Japar, ini baru permulaan.
“Kita tidak boleh berhenti di sini. Kebersihan harus menjadi budaya, bukan sekadar acara sesekali. Kalau kita semua punya kesadaran yang sama, saya yakin Pajalele akan jadi contoh bagi daerah lain,” pungkasnya.
Dengan gerakan sederhana ini, Pajalele tidak hanya menjadi lebih bersih, tetapi juga lebih kuat dalam kebersamaan. Karena kepedulian bukan hanya tentang berbicara, tapi juga tentang bertindak. (*)
